SAY NO TO MINING IN NORTH MOLUCAS

SAY NO TO MINING IN NORTH MOLUCAS
WALHI MALUT Aksi Teatrikal Hari Anti Tambang

Rabu, 15 Juni 2011

NHM BERKAH ATAU BENCANA


Radar Halmahera, rabu 15 juni 2011
NHM BERKAH ATAU BENCANA
Oleh: Hasbi Yusuf
(Dosen Ekonomi Unkhair Ternate)

Hilangnya ikan teri (ngafi) di Teluk Kao yang dahulunya menjadi primadona masyarakat di sekitar tambang. Cerita tentang anjloknya produksi pertanian masyarakat sebagai akibat pencemaran. Belum lagi retaknya modal social (social capital), seperti pudarnya kohesi social dan menguatnya distrust antara masyarakat akibat masuknya perusahaan pertambangan. Pudarnya keindahan panorama alam berupa flora dan fauna, atau gangguan kesehatan yang dialami warga disekitar tambang. Semua ini adalah realitas untuk mengukur dampak kehadiran perusahaan Nusa Halmahera Minerals (NHM) terhadap kualitas hidup masyarakat sekitar tambang. 

Berita di harian ini tentang bocornya pipa tailing NHM beberapa waktu yang lalu, menurut saya merupakan suatu tragedy lingkungan. Biaya yang akan ditanggung masyarakat, akan semakin tinggi berupa resiko tercemarnya limbah beracun NHM. Ancaman atas bahaya pencemaran terhadap ekosistem di sekitar tambang, seharusnya menyadarkan pemimpin politik di daerah ini, bahwa lingkungan hidup terutama di areal lingkar pertambangan NHM telah mengalami kondisi yang sangat kritis dan memprihatinkan. 

Keocoran pipa tailing ini memberikan tekanan ekologi (ecological stress) begitu besar yang akan menurunkan kualitas tanah, air sungai, hutan maupun perairan di sekitar Teluk Kao. Dya tamping lingkungan juga, akan melebihi ambang batas, sehingga akan mengganggu fungsi keseimbangan lingkungan. Begitu pula dengan bakumutu lingkungan hidup. Tekanan ekologis dari bocornya pipa tailing NHM ini, selanjutnya akan menghancurkan prospek ekonomi rakyat disekitar pertambangan NHM.

Secara ekonomi, kelompok yang paling menderita dan dirugikan dari beroperasinya NHM adalah kelompok miskin terutama di lingkar tambang. Mereka tidak mampu mengeluarkan dana untuk mengatasi pencemaran akibat beroperasinya perusahaan pertambangan. Mereka selalu menjadi pihak yang dikorbankan dari beroperasinya NHM.

Hasil penelitian WALHI MALUT, menunjukkan bahwa terdapat indikasi pencemaran lingkungan seperti kerusakan hutan lindung Toguraci dan penurunan kualitas air di sungai Kobok dan Tabobo, serta air laut di Teluk Kao. Terdapat logam berat (sianida), berada diatas ambang batas (0,02 mg/l). dalam analisis resiko yang dihadapi oleh masyarakat yang hidup sepanjang bantaran sungai Kobok dan Tabobo, akan terasa efeknya (baik penyakit kulit sampai meninggal dunia), pada jelang waktu kurang lebih 5 – 20 tahun mendatang. 

Menurunnya Produktifitas

kemampuan produktifitas masyarakat terus mengalami penurunan yang direfleksikan pada menurunnya hasil tangkapan nelayan di Teluk Kao. Kerugian akibat dari menurunnya hasilnya tangakapan nelayan dalam ekonomi disebut sebagai biayaEkternality yang harus ditanggung oleh nelayan. Teluk Kao yang dahulunya memiliki wilayah penghasil ikan teri atau ngafi, kini hampir pasti telah menghilang. Masyarakat yang dahulunya nelayan, kini telah berubah menjadi petani atau menganggur. Cerita tentang kemakmuran masyarakat sebagai nelayan kini tidak lagi berbekas. Jika ditanya mengapa ikan teri tidak ada lagi di teluk Kao ? masyarakat secara kompak akan menjawab, “limbah beracun dari tambang lah penyebabnya”.

Sementara itu, produksi hasil hutan dan perkebunan rakyat dari hari kehari terus merosot. Hasil produksi perkebunan yang dulunya diandalkan untuk membiayai sekolah anak-anak mereka, ongkos pengobatan dan sumber kehidupan, lambat laun tergerus. Semua kondisi ini, merujuk pada satu kesimpulan, bagi masyarakat, menurunnya produktivitas hasil bertani dan kebun adalah buah dari menurunnya kualitas tanah dan air yang berpengaruh terhadap pada tingkat kesuburan lahan pertanian mereka.

Kondisi ini telah memperburuk kehidupan rakyat dengan menurunnya tingkat pendapatan dan rendahnya daya beli masyarakat. Rawannya ekonomi masyarakat ini, menunjukkan gambaran bahwa kehadiran pertambangan baik yang legal seperti NHM, maupun illegal adalah penghancur kehidupan ekonomi rakyat di sekitar areal pertambangan. 

Menggugat Nurani Elit

Potret masyarakat di sekitar tambang sekarang harusnya menggugah nurani para pemimpin daerah tentang arti pembangunan daerah. pembangunan daerah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah kini tidak berlaku lagi. Kita masih terjebak pada pemikiran yang melihat bahwa, pertumbuhan ekonomi merupakan tujuan utama, sehingga yang penting adalah menaikkan produksi dengan beroperasinya perusahaan tambang. Begitu pula dengan masih ada kesalah konsepsi, bahwa meningkatnya pengambilan sumberdaya alam, seperti pertambangan selalu diartikan sebagai peningkatan pendapartan daerah, tanpa memperhitungkan kehilanggannya kualitas lingkungan. Masih pula keyakinan sebagian besar elit bahwa lingkungan yang sudah rusak nantinya masih dapat diperbaiki dengan investasi.

Pemerintah daerah selama ini enggan melakukan perubahan kebijakan ekonomi. Pemerintah terlalu meletakkan pendapatan sebagai tolak ukur keberhasilan pembangunan daerah, tetapi membiarkan struktur dan kondisi ekonomi rakyat terus bermasalah. Aktivitas atau tingkah laku perusahaan NHM dalam perspektif pemerintah selalu “baik baik saja”, padahal dampak yang ditimbulkan bagi lingkungan sangat serius. Pemerintah kita terlalu “bodoh” menggadaikan harta negeri untuk NHM, dan melupakan kehidupan ekonomi rakyat di sekitar tambang yang terus menurun. Spirit untuk mendapatkan PAD telah memanjakan perusahaan untuk merusak lingkungan, sementara perusahaan melandasi aktivitas industrinya dengan target mendapatkan keuntungan yang sebesar – besarnya. 

Halmahera Utara sebagai daerah dimana NHM beroperasi, struktur ekonomi masih mengandalkan sector pertanian dengan 39,50%, sementara sector pertambangan dan penggalian hanya 4,25%. Indeks pembangunan manusia (IPM) Halut pada tahun 2009 hanya berada pada posisi 5 dari 9 kabupaten dan kota di Propinsi Maluku Utara. Data PAD Halut juga pada tahun 2008 hanya 19 milyar. Fakta ini menunjukkan bahwa kehadiran NHM tidak memberikan dampak positif berupa perbaikan kualitas hidup warga di sekitar lingkar tambang. Sementara perusahaan mendapatkan keuntungan yang cukup besar dari eksploitasi sumberdaya emas di daerah ini.

Nhm selama ini tidak dapat berfungsi sebagai institusi penggerak ekonomi rakyat di sekitar tambang. Kesejahteraan social ekonomi tidak dapat diwujudkan, malah yang terjadi adalah kemelaratan ekonomi. NHM dengan CSRnya telah menjadi alat pemicu disintegerasi social antara warga karena adanya diskriminasi penyaluran CSR di masyarakat. Rakyat terkotak – kotak dalam group – group social yang saling berhadap – hadapan. Saya melihat ini, sebagai suatu model “Politik adu domba” yang menguntungkan NHM. Karena dengan adanya disintegerasi dan distrust antar warga disekitar tambang menjadikan NHM pada posisi nyaman dan control social masyarakat. 

Setiap upaya protes rakyat dianggap sebagai lawan yang harus dihancurkan. Penembakan warga yang memprotes ketidak adilan dan pencemaran lingkungan atau perlindungan perusahaan oleh aparat keamanan, NHM bagaikan Negara dalam Negara. Rakyat menjadi korban dari pencemaran dan dianggap pantas, sementara pemilik NHM dan aparat pemerintah pusat dan daerah berenang dalam harga emas yang melonjak naik. 

Catatan Akhir

Pemerintah daerah hendaknya menggeser orientasi pembangunan dari pertumbuhan ekonomi kepada upaya menyelamatkan kondisi lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan perombakan dalam kebijakan ekonomi daerah. pemerintah harus menjadikan, menurunnya kualitas lingkungan dan kesejahteraan rakyat disekitar tambang sebagai tolak ukur kebijakan ekonomi. Pemerintah daerah hendaknya lebih objektif mengukur kegiatan pertambangan NHM dalam analisis resiko dan manfaat sebagai landasan untuk menilai kelayakan beroperasinya NHM.

Dengan demikian, kita akan dengan objektif bisa memutuskan, apakah kehadiran NHM adalah “berkah ataukah bencana” bagi masyarakat. Jika NHM hanya memberikan bencana bagi masyarakat, maka pemerintah selayaknya mengambil sikap tegas dengan menutup seluruh operasi tambang NHM. Yakinlah bahwa negeri ini juga tidak akan miskin dengan tidak adanya NHM, bahkan mungkin lebih kaya ketika mereka telah pergi dari negeri yang kita cintai ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar