SAY NO TO MINING IN NORTH MOLUCAS

SAY NO TO MINING IN NORTH MOLUCAS
WALHI MALUT Aksi Teatrikal Hari Anti Tambang

Jumat, 03 Januari 2014

Di Pulau Hiri, Pak Lurah Mado Bercita-cita Membangun Perpustakaan




TERNATE - Pulau Hiri terletak di arah utara Pulau Ternate, tak terlampau jauh jaraknya. Waktu tempuh kurang lebih 20 menit, jika menggunakan motor kayu – sebutan untuk alat transportasi yang biasa digunakan masyarakat setempat.

Meski jaraknya cukup dekat dengan Pulau Ternate yang menjadi sentra aktivitas ekonomi di Maluku Utara, kehidupannya masih alami, belum terlalu banyak pengaruh dinamika kota di pulau ini. Warganya ramah, layaknya kehidupan masyarakat pesisir kebanyakan yang penuh persahabatan.

Terdapat enam kelurahan di Pulau Hiri, yang masuk Kecamatan Pulau Hiri, wilayah administrasi Kota Ternate. Salah satunya adalah Kelurahan Mado, yang menjadi lokasi aktivitas WALHI Maluku Utara menjalankan program belajar bersama komunitas.

Lurahnya bernama Abdul Kadir Rakib, biasa disapa Pak Lurah. Lelaki 40-an ini, sebelum menjadi pegawai negeri, sempat melakoni juragan kapal laut di Pulau Sanana, juga pernah menjadi pedagang pakaian di Papua.

“Tahun 1986, saya tamat SMA langsung ke Papua berdagang pakaian di Fak-Fak. Setelah itu lanjut merantau ke Ambon, dan akhirnya menjadi juragan kapal di Pulau Sanana. Nanti pertengahan tahun 1990 baru masuk PNS, dan tahun 2010 dipercayakan menjadi Lurah di Mado ini,” kisahnya.

Selain menjadi lurah, Ia juga membuka warung makan, yang letaknya berhadapan dengan terminal dermaga Pulau Hiri. Selain makanan, terdapat juga barang dagangan lain di warung tersebut yang dijualnya. Warung tersebut dipercayakan kepada sepupunya untuk mengelola.

“Yah, minimal warga tidak lagi mesti ke Pulau Ternate untuk membeli kebutuhan rumah tangga,” ujarnya.

Suatu sore, di awal oktober 2013, Pak Lurah menyampaikan cita-citanya terkait pembangunan sumberdaya manusia di Pulau Hiri. Ia ingin membangun perpustakaan, agar warga di Pulau Hiri bisa bertambah wawasan dan pengetahuannya.

“Saya akan bangun dua bangunan di samping kantor lurah. Satu bangunan akan saya sekat dan bikin ruang perpustakaan. Kalau sudah jadi, akan saya buat program wajib baca. Setiap minggu, masyarakat wajib membaca buku satu kali. Saat ini kami sudah punya 500 judul buku, masing-masing dua eksemplar, bantuan dari pemerintah,” ungkapnya.

Di tengah krisis air bersih di Pulau Hiri yang tak pernah tuntas penyelesaiannya, ada spirit membangun kecerdasan dari seorang lurah di pulau kecil.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar